Selama ini Albert Einstein keliru.
Oleh Michael Finkel
Foto oleh
Bintang
kita, Matahari, akan mati diam-diam. Massa Matahari hanya rata-rata
untuk ukuran bintang. Setelah bahan bakar hidrogennya habis terbakar
sekitar lima miliar tahun lagi, lapisan-lapisan luarnya akan terlepas
perlahan. Bagian intinya akhirnya akan memadat, menjadi apa yang
disebut sebagai katai putih.Foto oleh
Untuk bintang yang besarnya sepuluh kali lipat Matahari, kematiannya jauh lebih dramatis. Lapisan-lapisan luarnya terlontar ke ruang angkasa dalam ledakan supernova. Sementara itu, intinya dipadatkan oleh gravitasi menjadi bintang neutron, bola berputar yang berdiameter sekitar 20 kilometer. Pecahan bintang neutron sebesar kubus gula memiliki berat satu miliar ton di Bumi; tarikan gravitasi bintang neutron begitu besar, sehingga andai ada permen jatuh di sana, benturannya akan menghasilkan energi sebesar bom atom.
Tetapi, ini belum apa-apa ketimbang sakratulmaut bintang yang massanya 20 kali lipat Matahari. Jika bom atom sebesar Hiroshima diledakkan setiap milidetik sepanjang usia alam semesta, itu masih kalah jauh dari jumlah energi yang dilepaskan dalam saat-saat terakhir keruntuhan bintang raksasa. Inti bintang itu terjun ke dalam. Suhunya mencapai 55 miliar derajat Celsius. Gaya gravitasinya dahsyat, tak terhentikan. Bongkah-bongkah besi yang lebih besar daripada Gunung Everest dipadatkan seketika menjadi sekecil butir pasir. Atom tercerai-berai menjadi elektron, proton, neutron. Benda-benda kecil itu dilumat menjadi quark, lepton, dan gluon. Dan seterusnya, makin lama makin kecil, makin padat, hingga...
Hingga entah bagaimana. Saat berusaha menjelaskan fenomena penting ini, dua teori utama yang mengatur cara kerja alam semesta—relativitas umum dan mekanika kuantum—berantakan, ibarat jarum indikator pesawat terbang yang berputar-putar liar saat pesawat jatuh spiral.
Bintang itu menjadi lubang hitam.
Yang menjadikan lubang hitam jurang tergelap di alam semesta adalah kecepatan yang diperlukan untuk lolos dari tarikan gravitasinya. Untuk mengatasi cengkeraman Bumi, kita harus mencapai 11 kilometer per detik. Ini cepat—enam kali lipat kecepatan peluru—tetapi roket buatan manusia sudah berhasil mencapai kecepatan ini sejak 1959. Batas kecepatan universal adalah 299.792 kilometer per detik, yaitu kecepatan cahaya. Namun, itu pun belum cukup untuk mengalahkan tarikan lubang hitam.
Maka, apa pun yang berada di dalam lubang hitam, berkas cahaya sekalipun, tidak dapat keluar. Dan akibat efek aneh gravitasi ekstrem, kita tidak mungkin bisa mengintip ke dalam. Garis pemisah antara di dalam dan di luar lubang hitam disebut 'cakrawala peristiwa'. Apa pun yang melewati cakrawala itu—bintang, planet, manusia—hilang selamanya.
Sumber : http://nationalgeographic.co.id/feature/2014/03/kebenaran-soal-lubang-hitam
0 komentar:
Posting Komentar
Jangan lupa untuk meninggalkan komentar yang bermanfaat , baik itu kritik ataupun saran
-Ihsan